Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

baner

Mendobrak Stigma: Mengapa Kita Harus Berbicara tentang Kekerasan terhadap Perempuan

Oleh: Ewia Putri

Dalam beberapa tahun terakhir, pemberitaan di media sosial dan berita utama telah menjadi saksi bisu terhadap maraknya berita kekerasan dan pelecehan seksual. Meskipun kasus-kasus ini mengguncang, kita harus menyoroti bahwa di balik headline yang mengerikan tersebut, terdapat dimensi lebih luas yang harus diperhatikan: bagaimana cara kita sebagai masyarakat berperan dalam mengatasi masalah ini.

Kekerasan terhadap perempuan bukan hanya soal angka yang mencolok. Menurut data, Indonesia mencatat lebih dari 17.000 kasus kekerasan yang sebagian besar menimpa perempuan. Angka ini, meski sudah mencengangkan, mungkin hanya merupakan sebagian kecil dari realitas yang lebih suram. Banyak korban masih terjebak dalam ketakutan dan stigma, membuat mereka enggan untuk melapor. Di sinilah kita perlu mempertanyakan, bukan hanya kepada pemerintah, tetapi juga pada diri kita sendiri: Apa yang telah kita lakukan untuk mengubah keadaan ini?

Kekerasan sebagai Cermin Ketidakadilan Sosial

Kekerasan terhadap perempuan adalah cerminan ketidakadilan sosial yang lebih besar. Ketika kita berbicara tentang kekerasan, kita tidak hanya membicarakan individu yang terluka. Kita berbicara tentang sebuah sistem yang gagal melindungi anggotanya yang paling rentan. Dari perspektif sosial, kekerasan ini melahirkan dampak yang mendalam. Korban sering kali mengalami trauma psikologis yang berkepanjangan, mempengaruhi kesehatan mental dan fisik mereka serta mengganggu potensi mereka untuk berkontribusi kepada masyarakat.

Di sisi lain, kekerasan ini juga menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan. Angka yang dikeluarkan oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa kekerasan terhadap perempuan dapat mengurangi produktivitas nasional hingga 3,7% dari PDB. Ini bukan sekadar angka, tetapi mencerminkan kehilangan potensi yang sangat besar bagi negara. Di tengah upaya pembangunan yang berkelanjutan, kita tidak bisa mengabaikan setengah dari populasi kita.

Budaya Patriarki dan Keterlibatan Kolektif

Salah satu akar masalah kekerasan terhadap perempuan adalah budaya patriarki yang sudah mendarah daging. Edukasi tentang kesetaraan gender harus dimulai dari usia dini. Namun, tanggung jawab ini tidak bisa dibebankan pada pendidikan formal saja. Setiap individu, mulai dari orang tua hingga tokoh masyarakat, memiliki peran dalam membentuk budaya yang lebih inklusif dan aman bagi perempuan.

Di sinilah peran masyarakat menjadi sangat penting. Kita harus bersatu dalam menentang setiap bentuk kekerasan. Ketika ada laporan kekerasan, bukan hanya tindakan hukum yang diperlukan, tetapi juga dukungan emosional dan sosial bagi korban. Mengubah stigma terhadap korban adalah langkah awal yang krusial dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman.

Reformasi Sistemik sebagai Jalan Keluar

Reformasi sistemik menjadi suatu keharusan. Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual perlu disahkan dan diterapkan dengan tegas. Selain itu, perluasan akses bagi korban untuk mendapatkan perlindungan hukum dan dukungan sosial harus menjadi prioritas. Pemerintah harus memfasilitasi berbagai program pemberdayaan ekonomi yang bisa membantu perempuan mandiri secara finansial, sehingga mereka tidak terjebak dalam siklus kekerasan.

Media juga memegang peran penting. Alih-alih menampilkan berita sensasional yang hanya memperburuk stigma, media seharusnya berfokus pada narasi solusi—menggali lebih dalam, memberi suara kepada korban, dan menyoroti inisiatif yang berhasil mengurangi kekerasan.

Kesimpulan: Masa Depan Bersama yang Lebih Aman

Kekerasan terhadap perempuan bukan hanya masalah individu; ini adalah tantangan bagi seluruh masyarakat. Setiap tindakan kekerasan melukai kita semua, merusak ikatan sosial dan mengancam masa depan yang lebih baik. Jika kita ingin Indonesia mencapai potensi penuh sebagai bangsa, kita harus bersama-sama berkomitmen untuk menghapuskan kekerasan terhadap perempuan. Ini bukan hanya tentang hak perempuan, tetapi tentang keadilan sosial dan kemanusiaan yang harus kita perjuangkan bersama.

Saatnya kita bertindak. Mari kita ciptakan budaya di mana setiap individu merasa aman dan dihargai, di mana kekerasan bukanlah bagian dari realitas kita, tetapi bagian dari sejarah yang sudah kita tinggalkan.